PSIKOLOGI PENDIDIKAN BERWAWASAN AL-QUR’AN
(Teori Behaviorisme)
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan
Berwawasan Al-Qur’an
Di susun oleh:
Kelompok 2
·
Riska Dwi Agustina (20160720150)
·
Abdul Rofi’i Usman (20160720164)
·
Dinullah Indaka Difa (20160720173)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi atas terselesainya makalah yang
berjudul “Teori Behaviorisme”. Semoga makalah ini dapat memberi pemahaman
kepada penulis dan umumnya untuk para pembaca tentang Psikologi Pendidikan
Berwawasan Al-Qur’an. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada
BagindaRasulullah Sholallhu A’laihi Wasalam beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis
merasa bahwa dalam menulis makalah ini masih menemui beberapa kesulitan dan
hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan lainnya, maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Menyadari
penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1.
Ibu Ratna Sari, S.Pd.I, M.Psi. sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan Berwawasan Al-Qur’an.
2.
Teman-teman Sekelas PAI D, atas motivasi dan
dukungannya yang telah diberikan.
3.
Sahabat yang telah memberikan pinjaman buku dari
Universitas Sunan Kalijaga
4.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, Semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan membalas amal budi serta kebaikan
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perilaku manusia secara utuh dijadikan penilaian
personal dalam keterlibatan lingkungan. Berdasarkan keadaan secara factual,
seseorang dinilai pribadinya melalui kelakuan yang Ia tunjukan kepada orang
sekitarnya. Salah satu contoh aspek kehidupan dalam dunia politik yakni Kepala
Negara dipilih berdasarkan penilaian masyarakat atas tingkah laku mereka dalam
menyampaikan visi dan misi yang diaplikasikan secara nyata. Artinya, dalam hal
ini masyarakat atau lingkungan membutuhkan tindakan konkrit atau perilaku yang
sesuai dengan komitmen sebagai Kepala Negara.
Berdasarkan contoh tersebut, perilaku perbuatan nyata
merupakan nilai penting dalam berinteraksi agar dapat dipercaya dalam linkungan
sekitar. Di sebabkan perilaku hal yang utama dalam penilaian individu dewasa
ini, Teori Behaviorisme sebagai teori perilaku di jadikan latar belakang
ketertarikan untuk di analisis secara filsafat.
Makalah ini mencoba memberi pandangan dan informasi
yang sangat diperlukan bagi para pendiri untuk dijadikan bahan dan alat
kegiatan belajar mengajar yang efektif. Teori Behaviorisme ini sangat
diperlukan oleh para pendidik, seorang guru tidak hanya menguasai ilmu tentang
teori behaviorisme, bisa memotivasi dan psikologi saja. Melainkan harus
mengetahui strategi, metodi, tau pengaplikasian dan mengatur siswanya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan definisi Dasar Teori
Behaviorisme?
2.
Bagaimana Sejarah tentang Teori Behaviorisme?
3.
Bagaimana cara menghubungkan Teori Behaviorisme dangan
ayat suci Al-Qur’an?
4.
Bagaimana cara pengaplikasian Teori Behaviorisme dalam
dunia pendidikan islam?
C.
Tujuan
Dilihat dari
berbagai macam fakta mengenai kualitas kinerja guru dalam proses belajar
mengajar masih sangat kurang untuk diaplikasikan maka tujuan makalah ini dibuat
untuk memberikan sedikit pandangan dan metode-metode yang praktis mengenai
teori behaviorisme yang ditunjukan buat para pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dasar Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah
pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman
yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris,
perilaku merupakan sesuatu yang biasa kita lakukan dan biasa kita lihat secara
langsung. Seperti; anak membuat gambar, guru tersenyum pada murid keika murid
bertanya pada guru, murid mengganggu murid lain, dan sebagainya.
Proses mental
menurut Psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun
tidak bisa dilihat oleh orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat
pikiran,perasaan, dan motif secara langsung semua itu adalah sesuatu yang pasti.
Proses mental bisa disebut antara lain: pemikiran anak tentang membuat poster,
perasaan senang terhadap guru kepada muridnya dan motifasi anak untuk
mengontrol perilakunya.
Menurut behavioris,
pemikiran, perasaan dan motif ini bukan subyek yang tepat untuk perilaku sebab
semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Pengkondisian klasik dan
operan, yang merupakan dua pandangan behavioral yang akan segera kita
diskusikan, menganut pandangan ini.
Kedua pandangan
ini menekan pembelajaran asosiatif(assosiative learning), yang terdiri dari
pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (assosiated), misalnya
pembelajaran assosiatif terjadi ketika murid mengasosiasikan atau mengaitkan
kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaransesuatu disekolah, seperti guru
tersenyum saat murid mengajukan pertanyaan yang bagus. Diskusi analisis
perilaku terapan juga mencerminkan pandangan behavioral yang focus pada
perilaku yang dapat diamati dan pembelajaran asosiatif.[1]
B. Sejarah Teori Behaviorisme
Teori Behaviorisme merupakan salah
satu teori yang lahir pada akhir abad 19 dan awal abad 20. teori ini dimulai
oleh Ivan Pavlov (1849-1936 M) yang sudah melakukan eksperimen bagaimana respon
terlahir berkat adanya stimulus, hasil eksperimennya menjadi salah satu cabang
aliran behaviorisme, yaitu aliran klasik.
1.
J.B
Watson (1878 – 1958 )
J.B Watson merupakan peletak dasar dan tokoh utama dalam
teori Behaviorisme, Menurutnya objek penelitian
psikologi itu hanya terbatas pada study pelaku lahir manusia. Penelitian
psikologi juga menjauhi hal-hal yang tidak bisa diketahui oleh indera termasuk
akal,pikiran, kecerdasan dan yang berhubungan dengan akal pikiran. Tokoh
lainnya dalan teori ini adalah skinner, ia membatasi ilmu jiwa sebagai study
yang mengkaji tingkah laku sebagai objek penelitian.
Maksud dari tingkah laku ialah
sebagai sesuatu yang lahir dari makhluk hidup termasuk manusia. Tingkah laku
ini dapat dikontrol, diamati, dan di evaluasi secara objektif.penganut teori
ini harus memperhatikan peristiwa yang terjadi di suatu lingkungan seperti
mengamati bagaimana tinkah laku seseorang.
2. Edward L. Thorndike (1874-1949)
Edward L. Thondike menambahkan kaidah
pembiasaan klasik ke dalam teori ini. Menurut Skinner pemberian sanksi pada
pesera didik bisa berdampak negative terhadap peserta didik, seperti lupa apa
undur yang telah diajarkan. Para pendukung teori ini menghailkan beberapa hukum
antara lain: hukum penghubungan pengkondisian, hukum pengulanagan, hukum hasil
belajar, hukum jarang guna dan hukum pembelajaran atau latihan. Hukum ini
diterapkan di sekolah dan sangat berpengaruh besar dalam evaluasi belajar serta
evaluasi kepribadian siswa, termasuk perbedaan antara siswa dengan siswa
lainnya.
3. F. Skinner.
B. F. Skinner pada tahun 1953 menulis
buku Science and Human Behavior, menjelaskan tentang peranan dari teori operant
conditioning didalam perilaku manusia. Pendekatan Behavior merupakan pendekatan
yang berkembang secara logis dari keseluruhan sejarah psikologi eksperimental.[2]
C. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Teori
Behaviorisme
Menurut prespektif Imam Al Ghazali
dalam sudut pandangnya, yang berkaitan dengan teori ini yaitu akhalak. Jadi
ahlak menurut Iman Al Ghazali yaitu sikap, sifat, kepribadian.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam
Q.S. Al Ahzab ayat 21.[3]
Artinya:
Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah.
Jadi ayat ini menjelaskan tentang Akhlak
dari Rasulullah SAW, dimana Rasulullah SAW adalah orang yang mulia dan di
muliakan oleh Allah SWT, karena sebaik-baiknya akhlak adalah akhlak Rasulullah
SAW. Menurut teori Behaviorisme bahwasanya dalam menilai karakteristik atau
perilaku seseorang makan terlebih dulu menjelaskan dengan cara mengamati atau
melihat orang tersebut.
Contohnya kisah perjalanan Rasulullah
yang diamati oleh seorang pendeta yang bernama Bukhairoh, ketika itu pendeta
tersebut melihat ada seorang anak muda yang lagi beristiratdibawa pohon dan Pendeta
tersebut melihat seolah-olah pohon itu merunduk dan melindungi pemudah itu dari
panasnya cahaya matahari, dan Pendeta itu terkejut lalu mengatakan bahwa kelak
nanti pemuda itu akan menjadi Nabi akhir zaman.[4]
D.
Aplikasi Teori Behaviorisme Dalam Dunia Pendidikan Islam.
Ivey (1987)
menjelaskan bahwa dalam pendekatan behaviorisme hal yang penting untuk
mengawali konseling adalah mengembangan kehangatan, empati dan hubungan
Supportive. Corey (2005) menjelaskan bahwa proses konseling yang terbangun
dalam pendekatan behaviorisme terdiri dari 4 hal yaitu:
1.
Tujuan trapis dialahkan pada memformulasikan tujuan
secara spesifik, jelas, konkrit, mengerti dan di terima oleh konseling dan
konselor.
2.
Peran dan fungsi Konselor atau terapis adalah
mengembangkan ketrampilan menyimpulkan, refenction, clarification, dan open
ended, questioning.
3.
Sederhana konseling dalam melakukan terapi dan
partisipasi konselor ketika proses terakhir berangsung akan memberikan
pengalaman positif dalam konseli dalam terapi
4.
Memberikan kesempatan pada konseli karena kerjasama
dan harapan positif dari konseli akan membuat hubungan terapis lebih efektif.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan
materi teori behaviorismedi atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik
bukan harus menguasai ilmu yang akan disampaikannya, melainkan juga mampu
menguasai metode atau cara pendekatan untuk mengirimkan pengetahuannya. Ia juga
harus pandai melihat karakter dan bakat kecerdasan yang dimiliki masing-masing
peserta didiknya dan mencoba memberikan dorongan untuk mengembangkan bakat dari
peserta didik.
Paradigma teori
belajar behaviorisme memiliki peranan penting dalam pengembangan multimedia
pembelajaran. Dari banyak bentuk multimedia pembelajaran yang ada tutorial,
simulasi, drill, eksperimen dan permainan semuanya tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh teori belajar behaviorisme.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua.
Jakarta:Kencana
Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Sanyata, sigit (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behaviorisme
dalam Konseling. Jurnal paradigm,
no. 14 Th. VII, Juli 2012
Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat: 21
Risalah para Nabi.
[1] Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, edisi kedua, Kencana,Jakarta,2008,hlm
[2] Khairani, Makmun, Psikologi Belajar.Aswaja Pressindo, Yogyakarta,2013
[3] Al-Qur’an surah
Al-Ahzab ayat: 21
[5] Sanyata sigit, Teori dan Aplikasi Pendekatan Behaviorisme dalam Konseling,Jurnal paradigm,2012,no. 14 Th. VII
Komentar
Posting Komentar